Bahaya Berbicara Seenaknya Dalam Masalah Agama - Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 169-172
Bersama Pemateri :
Ustadz Abu Yahya Badrusalam
Bahaya Berbicara Seenaknya Dalam Masalah Agama – Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 169-172 adalah kajian tafsir Al-Quran yang disampaikan oleh Ustadz Abu Yahya Badrusalam, Lc. Kajian ini beliau sampaikan di Masjid Al-Barkah, komplek studio Radio Rodja dan RodjaTV pada Selasa, 6 Dzul Qa’idah 1440 H / 09 Juli 2019 M.
Kajian Tentang Bahaya Berbicara Seenaknya Dalam Masalah Agama – Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 169-172
Allah Ta’ala berfirman:
إِنَّمَا يَأْمُرُكُم بِالسُّوءِ وَالْفَحْشَاءِ وَأَن تَقُولُوا عَلَى اللَّـهِ مَا لَا تَعْلَمُونَ ﴿١٦٩﴾
“Sesungguhnya setan itu memerintahkan kalian kepada dosa kecil dan dosa besar. Dan menyuruh kalian berkata atas Allah apa yang kalian tidak ketahui.” (QS. Al-Baqarah[2]: 169)
Setan adalah setiap yang durhaka baik dari kalangan jin ataupun manusia ataupun hewan. Jadi setiap yang durhaka, menentang Allah dan RasulNya dan menghalang-halangi manusia dari jalan Allah, maka bisa disebut setan. Namun sering kali dimutlakkan untuk para jin yang durhaka.
Disini Allah Subhanahu wa Ta’ala mengatakan bahwa setan pasti menyuruhnya kepada tiga perkara tadi.
Dari ayat ini -kata Syaikh Utsaimin– kita ambil beberapa faidah:
Setan mempunyai keinginan dan perintah
Keinginan dan perintah setan selalu kepada keburukan. Maka kewajiban kita menjadikan setan sebagai musuh kita, jangan dijadikan teman. Bagaimana kita hendak menjadikan teman yang terus menyuruh kita kepada keburukan dan maksiat? Pasti kita akan binasa.
Perintah-Perintah Setan
Seseorang ketika ada di hatinya niat ingin berbuat dosa, maka hendaklah ia sadar bahwa itu termasuk perintah setan. Perintah-perintah setan itu terkadang adanya keinginan-keinginan kita berbuat maksiat. Perintah-perintah setan itu terkadang berupa was-was yang ada di hati kita. Supaya kita ragu kepada Allah, ragu kepada agama Islam, ragu kepada Rasul Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Itu semua adalah perintah-perintah setan. Jangan kita taati. Maka segera kita berlindung kepada Allah. Sebagaimana Allah berfirman dalam surat Fussilat ayat 36:
وَإِمَّا يَنزَغَنَّكَ مِنَ الشَّيْطَانِ نَزْغٌ فَاسْتَعِذْ بِاللَّـهِ ۖ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ ﴿٣٦﴾
“Dan apabila kamu terkena godaan dan gangguan setan, maka minta perlindunganlah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Fussilat[41]: 36)
Untuk melawan setan jin ini sangatlah sulit. Kita tidak bisa melawan karena dia makhluk ghaib. Dia bisa melihat kita, kita tidak bisa melihat dia. Maka dari itu tidak ada ayat yang mengatakan untuk melawan setan. Adanya perintah untuk berlindung kepada Allah yang Maha Ghaib dan lebih ghaib lagi. Allah yang mampu melindungi kita dari godaan setan.
Berkata Tanpa Ilmu Termasuk Perintah Setan
Ketika kita sok tahu misalnya menjawab pertanyaan. Sementara kita belum menguasai ilmu. Kemudian ketika kita berani menjawab padahal keilmuan kita masih sangat dangkal, itu sebetulnya perintah setan. Kadang kita ingin, dengan menjawab pertanyaan akan terlihat bahwa kita punya ilmu dan yang lain, ini bahaya. Apalagi menjawab pertanyaan itu termasuk fatwa. Dan fatwa itu membutuhkan keilmuan yang dalam. Kita harus mempelajari dulu pertanyaan-pertanyaan yang masuk tersebut. Tidak boleh sembarangan seenaknya menjawab. Itu termasuk perintah-perintah setan.
Maka hati-hati, jangan sampai berbicara dalam agama ini sebatas dengan akal pikiran, pendapat pribadi. Terkadang ada penuntut-penuntut ilmu yang baru belajar berani berkata, “Menurut pendapat saya.” Ini termasuk perintah setan. Belum apa-apa, ilmu belum matang, tapi istilahnya matang sebelum waktunya. Hal ini memang termasuk salah satu godaan setan supaya kita berani berkata atas Allah dengan tanpa ilmu tanpa kita sadari.
Kata Syaikh Utsaimin Rahimahullah, bahwa berkata atas Allah ada tiga macam:
Pertama, berkata atas Allah dengan keilmuan. Dia tahu dengan ilmunya bahwa memang Allah sudah menyampaikan demikian. Ada dalilnya dari Allah dan RasulNya dan ada pemahaman para sahabat dan para Salafush Shalih tentang itu. Dan ini diperbolehkan. Kalau kita memang betul-betul sudah punya ilmunya, kita sudah mengkajinya, sudah memperdalaminya, maka pada waktu itu diperbolehkan.
Kedua, berkata atas Allah dan dia tahu bahwa yang dia sampaikan itu tidak sesuai dengan yang disampaikan oleh Allah dan RasulNya. Biasanya demi mendapatkan kedudukan atau demi mendapatkan dunia, uang dan yang lainnya. Maka ini termasuk dosa besar.
Ketiga, berkata atas Allah dalam perkara yang dia tidak tidak ada ilmunya sama sekali. Dia belum pernah mempelajari itu dan juga tidak pernah tahu dalilnya dari Allah dan RasulNya. Tapi kemudian ia berbicara dengan dugaan. Ini sangat bahaya.
Saudaraku berhati-hatilah. Berbicara tentang masalah agama itu harus wajib ekstra hati-hati. Karena agama ini masalahnya milik Allah. Kalau kita berbicara seenaknya dalam masalah agama ini, memangnya tidak akan ditagih oleh Allah? Berat, saudaraku. Dalam Surat al-A’raf ayat 33 Allah menganggap berkata tanpa ilmu adalah sumber berbagai macam dosa. Allah berfirman:
قُلْ إِنَّمَا حَرَّمَ رَبِّيَ الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ وَالْإِثْمَ وَالْبَغْيَ بِغَيْرِ الْحَقِّ وَأَن تُشْرِكُوا بِاللَّـهِ مَا لَمْ يُنَزِّلْ بِهِ سُلْطَانًا وَأَن تَقُولُوا عَلَى اللَّـهِ مَا لَا تَعْلَمُونَ ﴿٣٣﴾
“Katakanlah: “Sesungguhnya yang diharamkan oleh Rabbku adalah faahisyah baik yang nampak ataupun yang tersembunyi, dan dosa, berbuat dzalim tanpa haq, mempersekutukan Allah, lalu kamu berkata atas Allah dengan tanpa ilmu.” (QS. Al-A’raf[7]: 33)
Perhatikan dalam ayat ini, padahal syirik adalah dosa yang paling besar. Tapi ternyata Allah tidak menutup ayat itu dengan syirik. Hal ini karena munculnya kesyirikan, munculnya kedzaliman, munculkan kebid’ahan, munculnya berbagai macam penyimpangan adalah akibat berkata tanpa ilmu.
Simak pada menit ke-11:39
Download MP3 Kajian Tentang Bahaya Berbicara Seenaknya Dalam Masalah Agama – Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 169-172
Podcast: Play in new window | Download
Artikel asli: https://www.radiorodja.com/47982-bahaya-berbicara-seenaknya-dalam-masalah-agama-tafsir-surat-al-baqarah-ayat-169-172/